NEWS UPDATE :  

Artikel

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Minat Peserta Didik

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Minat Peserta Didik

Mata Pelajaran Sejarah melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning

dengan Media Diskusi Presentasi

           Sejarah sering dikaitkan dengan masa lalu. Ibarat kata orang belajar sejarah dikatakan sebagai orang yang susah move on. Padahal tidak semua kenyataannya demikian. Bahwa belajar sejarah diibaratkan sebagai suatu rambu-rambu untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan tidak jatuh di lubang yang sama. Akan tetapi, sedikit orang yang baru menyadari hal demikian. Maka dari itu, lewat mata pelajaran sejarah, ingin menanamkan karakter pada setiap individu maupun kelompok manusia, pasti memiliki sejarahnya sendiri, dan setiap peristiwa ini yang harusnya mereka menjadikan diri pribadi menjadi orang yang lebih bijak dalam menyikapi lika liku kehidupan.

            Mata pelajaran sejarah di sekolah diberikan dari jenjang SD hingga SMA sederajat sebagai mata pelajaran kategori umum, artinya di sekolah manapun baik negeri maupun swasta, keagamaan maupun nasional, selalu ada pelajaran sejarah. Ada berbagai macam tipe guru ketika menyampaikan materi-materi sejarah, dari yang senang dengan ceramah variasinya hingga gaya inovatifnya ketika mengajar. Apalagi di era milenial yang serba teknologi seperti sekarang, guru lebih mengedepankan pembelajaran berbasis TPACK sebagai langkah menghadapi generasi Z, atau generasi yang lahir ketika era teknologi sudah berkembang pesat. Dengan materi sejarah yang sebagian besar orang menganggap sebagai pelajaran hapalan, maka guru harus bisa menurunkan stigma demikian. Jika sejarah masih disebut pelajaran hapalan, maka guru hanya perlu menyuruh peserta didik untuk membaca buku paket kemudian menghapal materi tersebut, akan tetapi itu tidak sinkron dengan kurikulum merdeka dan juga kurikulum 2013 yang mengedepankan peserta didik bergerak aktif.

            Dari hasil pengamatan dan observasi sederhana tersebut, guru sebagai seorang peneliti di kelas mendapatkan beberapa permasalahan seperti peserta didik yang mengantuk saat diterangkan guru dengan metode ceramah dan juga peserta didik yang cenderung kurang bersemangat saat mengikuti pelajaran sejarah di kelas. Dari beberapa permasalahan tersebut, guru ingin mengubah cara penyampaian materi dengan lebih mengedepankan keaktifan peserta didik. Salah satu langkah yang ditempuh dengan melakukan pembelajaran inovatif yang berpusat ke peserta didik.

            Menurut Gagne (1992:3) bahwa mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dengan konsekuensi peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan peserta didik dalam mempelajari sesuatu. Dalam konteks program belajar mengajar, program pembelajaran yang inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari pemecahan suatu masalah. Program pembelajaran inovatif adalah program pembelajaran yang langsung memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kelas berdasarkan kondisi kelas. Salah satu wujudnya di antaranya, peserta didik dilibatkan dalam kegiatan pengembangan pemahaman dan kemampuan mereka, termasuk guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam memecahkan suatu permasalahan.

            Dengan berbagai hal tersebut, untuk mewujudkan pembelajaran inovatif di kelas, guru memilih menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut Rusma (2010: 229), Problem Based Learning merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Dalam model Problem Based Learning ini, pemahaman transfer pengetahuan, ketrampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan komunikasi ilmiah merupakan dampak langsung pembelajaran, sedangkan peluang peserta didik memperoleh hakikat tentang keilmuan, ketrampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan peserta didik, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin merupakan dampak pengiring pembelajaran.

Dalam PBL ini diharapkan peserta didik dapat membentuk pengetahuan atau konsep baru dari informasi yang didapatkannya, sehingga kemampuan berpikir peserta didik benar-benar terlatih. Karakteristik pembelajaran dengan model PBL ini dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh peserta didik ataupun guru, kemudian peserta didik memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Peserta didik dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehungga mereka terdorong berperan aktif dalam pembelajaran.

            Model pembelajaran PBL yang guru terapkan di kelas dikombinasikan dengan diskusi dan presentasi, sehingga dari permasalahan yang mereka temukan kemudian dari permasalahan tersebut mereka memecahkan dengan cara-cara dan solusi mereka sendiri untuk kemudian dapat dipresentasikan sebagai bentuk pertanggung jawaban ilmiah mereka atas temuan permasalahan tersebut. Dari cara-cara presentasi dan tanya jawab nanti akan terlihat peserta didik mana yang aktif, kritis dan mampu memecahkan solusi dari permasalahan yang mereka temukan.

            Alur yang dilakukan atau urutan yang diterapkan dalam model PBL dengan kombinasi diskusi dan presentasi dalam materi asal usul nenek moyang bangsa Indonesia yaitu dengan memberikan pertanyaan pemantik terlebih dahulu kepada peserta didik supaya memiliki gambaran awal dan dikaitkan dengan pembahasan materi yang akan dipelajari. Kemudian guru membagi peserta didik menjadi kelompok kecil untuk berdiskusi memecahkan permasalahan yang diberikan. Permasalahan tersebut diberikan sebagai topik materi di masing-masing kelompok. Dari permasalahan ini mereka selesaikan secara berkelompok untuk kemudian guru membimbing dan mendorong mereka dalam proses diskusi. Selanjutnya hasil diskusi mereka dibuat ke dalam powerpoint variatif untuk ditampilkan saat mereka presentasi, dengan dilanjutkan tanya jawab dengan peserta didik dari kelompok lain. Guru perlu memberikan penguatan materi dan melakukan tes evaluasi untuk mengetahui hasil pembelajaran yang dilakukan.

            Akhir dari alur tersebut pada materi asal usul nenek moyang bangsa Indonesia dengan model pembelajaran Problem Based Learning adalah guru menemukan bahwa motivasi dan minat peserta didik meningkat, lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Model pembelajaran Problem Based Learning ini diterapkan pada kelas X-9 SMA Negeri 1 Prembun Tahun Pelajaran 2022/2023 ternyata motivasi dan minat belajar peserta didik sama baiknya.


Link Download :
1. Artikel DISINI

2. Laporan Best Practice DISINI


Kristin Hartati, S.Pd.

Guru Sejarah SMA Negeri 1 Prembun