G30S/PKI
merupakan kepanjangan dari Gerakan 30 September/ Partai Komunis Indonesia.
G30S/PKI merupakan sebuah peristiwa yang terjadi setelah malam tanggal 30 September
sampai 1 Oktokber 1965, ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia dibunuh
dalam suatu kudeta. Jenazah ketujuh perwira tinggi militer ditemukan di “Sumur
Maut” yang terletak di kawasan Lubang Buaya, Jakarta, sekarang sumur tersebut
dikenal dengan nama sumur Lubang Buaya.
Pengkhianatan G30S/PKI merupakan judul film
propaganda Indonesia tahun 1984, film ini sejatinya dibuat berdasarkan pada
versi resmi dari peristiwa G30S/PKI 1965. Film yang disutradarai oleh Arifin C.
Noer, ditulis oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Shaleh, diproduseri oleh G. Dwipayana,
dan dibintangi Amorso Katamsi, Umar Kayam, dan Syubah Asa ini digarap selama
dua tahun dengan anggaran sebesar Rp 800 juta. Film ini dirilis di bawah
naungan PPFN yang merupakan singkatan dari Perum Produksi Film Negara, dan
dirilis pada tahun 1984.
Kala itu, film
ini digunakan sebagai kendaraan propaganda oleh pemerintahan Orde Baru selama
tiga belas tahun, di mana saat itu Presiden Soeharto memerintahkan satu–satunya
stasiun televisi di Indonesia yakni TVRI untuk menayangkan film ini setiap
tahun pada tanggal 30 September malam. Film ini juga diperuntukkan bagi siswa–siswa
di Indonesia saat itu. Sejak Presiden Soeharto lengser keprabon pada tahun
1998, film ini kurang diminati dan belum pernah diputar lagi di stasiun–stasiun
televisi Indonesia sampai sekarang. Untuk kali pertama setelah sekian lamanya,
di tahun 2017 film ini kembali ditayangkan baik di televisi maupun dibeberapa
instansi seperti sekolah-sekolah.
Jumat, 29
September 2017, SMA N 1 Prembun bekerja sama dengan KORAMIL 10 Prembun
mengadakan nonton bareng (nobar) film G30S/PKI di aula SMA N 1 Prembun. Film
yang berdurasi lebih kurang 271 menit ini tidak ditayangkan sepenuhnya,
melainkan hanya ditayangkan sekitar 90 menit yang dimulai pukul 13.00 sampai
14.30 WIB, hal ini dikarenakan adanya kendala waktu. Acara nobar diikuti oleh
semua siswa SMA N 1 Prembun, Bapak Ibu Guru dan Karyawan. Nobar ini juga turut
dihadiri oleh Danramil 10 Prembun, Kapten CBA Suprapto dan empat orang personil
TNI lainnya.
Di tengah–tengah
acara nobar berlangsung kami sempat berbincang dengan Kapten CBA Suprapto Danramil
10 Prembun. Beliau menyampaikan, “Tujuan ditayangkan kembali film G30S/PKI ini
sendiri sebenarnya agar para generasi penerus bangsa khususnya para siswa
mengerti bagaimana peristiwa G30S/PKI 1965 itu berlangsung, dan juga peristiwa
G30S/PKI ini merupakan sebuah sejarah bangsa Indonesia yang wajib diceritakan
kepada generasi penerus bangsa”. Dengan pemutaran film G30S/PKI, beliau
berharap semoga siswa–siswi dapat mengerti bagaimana peristiwa tahun 1965 itu
terjadi.
Pak Ghofur
selaku guru mata pelajaran PPKn menuturkan bahwa, dengan ditayangkan kembali
film G30S/PKI ini bagus karena dapat mengingatkan dan memberitahu pada kita
bahwa dahulu tahun 1965 terjadi sebuah peristiwa kudeta yakni peristiwa
G30S/PKI. Beliau juga mengatakan “Jika ada yang mengatakan PKI ada baiknya itu
adalah orang PKI”. Itu merupakan ungkapan yang disampaikan oleh Jendral Gatot
Nurmantyo (Panglima TNI–red). Beliau juga menuturkan bahwa ciri–ciri orang PKI
salah satunya orangnya itu ngeyelan,
selalu mengatakan bahwa PKI itu ada baiknya walaupun ada buruknya sedangkan
orang yang anti-PKI itu mengatakan PKI selalu
buruk, selalu menciptakan kekacauan. Tidak hanya itu, beliau juga menuturkan
tips–tips agar terhindar dari PKI antara lain, kita harus taat beribadah,
melaksanakan ketentuan–ketentuan sesuai ajaran agama, jangan suka memutar
balikkan arti surat dalam Al–Qur’an.
Tidak hanya Pak
Ghofur, Pak Towo selaku Waka Kesiswaan mengatakan bahwa, dalam penayangan film
ini kurang maksimal karena seharusnya penayangan film ini berada di ruangan
yang gelap namun karena waktu penayangan pada siang hari menyebabkan gambar
yang muncul tidak jelas. Dan adanya kendala pada proyektor khususnya pada layar
LCD. Pak Towo juga menuturkan bahwa dengan ditayangkan film ini, diharapkan
kita para generasi penerus bangsa dapat menjaga NKRI dan tidak terpancing
dengan hal–hal yang dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Sang Ketua OSIS,
Muhammad Fani Ashar, juga mengatakan bahwa, dengan ditayangkannya film G30S/PKI
ini membuat kita kembali mengingat sejarah kekejaman PKI di masa lalu, ia juga
berharap dengan diadakannya nobar film G30S/PKI ini semoga siswa dapat
mengetahui mana yang baik dan yang tidak terutama di masa SMA ini, masa di mana
kita sedang mencari jati diri, sehingga kita tidak mengambil langkah yang salah.
Riska Tri Susanti kelas XII MIPA 4 ini juga mengatakan bahwa semoga dengan
ditayangkan film G30S/PKI ini siswa-siswi
SMA N 1 Prembun menjadi lebih mengenal anti-komunis, dan lebih berpegang
teguh pada ideologi Pancasila.
TeamJurnalistik